BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap organisasi
khususnya HMI kader memiliki peran sentral, dimana kader sebagai agen dalam
rangka menerapkan cita perjuangan HMI yang sesuai dengan Tujuan HMI yaitu
terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan
bertanggung jawab atas terwjudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT sehingga dibutuhkan kader yang berwawasan keislaman, keindonesiaan, dan
kemahasiswaan dengan lima kualitas insan cita dan bersifat independen dalam
rangka mengemban amanah organisasi.
Para kader HMI
harus mampu megidentifikasi dan merumuskan berbagai jawaban atas tantangan-tantangan
yang ada; berorietasi jangka panjang, senantiasa meningkatkan kualitas SDM (dengan penguasaan atas iptek dan memiliki kualitas imtak), sehingga peran para kader
HMI betul-betul mampu dirasakan oleh segenap elemen bangsa yang lain. Para kader HMI harus tetap menjadi
“manusia pembelajar” rendah hati dan sungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu dan menguasai teknologi, senantiasa cerdas dan mampun berbuat
sekecil apapun bagi masa depan umat dan bangsa Indonesia secara lebih baik.
Dalam keseharian
kader, pola fikir dan mentalitas harus menjadi sorotan. sehingga daya dorong
HMI terhadap persoalan,
tergambar pada penyikapan kader yang memiliki keberpihakan pada kaum tertindas serta
memperjuangkan kepentingan kelompok ini dan membekalinya dengan senjata
ideologis yang kuat untuk melawan penindas.
Arah
Pengkaderan HMI
Mengingat fungsi
HMI sebagai organisasi kader, maka seluruh aktivitas atau kegiatan HMI
dikembangkan pada penggalian potensi kualitatif pribadi dan anggota–anggota
yang militan, memiliki kedalaman pengetahuan dan keimanan, serta mempunyai
kesetiaan pada organisasi.
Arah pengkaderan
HMI tercermin dalam tujuan HMI, yaitu terbinanya individu yang memiliki
kualitas insan cita (akademis, pencipta,
pengabdi, bernafaskan islam, serta bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).
Kualitas inilah
yang harus dimiliki oleh setiapa kader HMI dan menjadi gambaran masa depan
anggota HMI, suksesnya anggota HMI dalam membina diri untuk mencapai kualitas
insan cita berarti dia telah mawujudkan tujuan HMI.
Inilah yang
menjadi arah pengkaderan HMI yang selalu dikupas dalam setiap trining dan
aktivitas .
Sifat
Independensi HMI
Watak independen
HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan kepribadian
kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir pola laku
setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sendiri sebagai kader HMI maupun
dalam melaksanakan “Hakikat dan Mission“ organisasi HMI dalam kiprah hidup
berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Watak independensi
HMI yang tercermin secara etis dalam
pola pikir pola sikap dan polalaku setiap kader HMI akan membentuk independensi
etis HMI, sementara watak independensi HMI yang teraktualisasi secara
organisatoris di dalam kiprah organisasi
HMI akan membentuk independensi organisatoris HMI.
Sifat independen
sesuai dengan amanah
konstitusi HMI dirasa masih mampu mengawal pergerakan HMI di masyarakat ketika
setiap kader HMI memahami denan benar makna Independen dan menjalankannya
dengan hati yang ikhlas dan tulus. Berawal dari deteksi masalah di atas dalam
upaya membentuk kader yang tangguh dan tanggap dalam rangka menyelesaikan hal–hal
di atas penulis tertarik mengangkat masalah “Membangun Kesadaran dalam diri
Kader HMI akan sifat Independensi HMI
dalam upaya mengembalikan citra HMI”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan
judul Membangun Kesadaran dalam diri Kader HMI akan sifat Independensi HMI dalam upaya mengembalikan citra dan
Idealisme HMI , berkaitan dengan judul tersebut maka masalahnya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah upaya membangun kesadaran dalam diri kader HMI untuk
mengembalikan citra HMI
2.
Bagaimanakah metode
membangun kesadaran dalam diri kader HMI akan sifat independensi .
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas
ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah:
1.
Pengaruh membangun kesadaran dalam diri
kader HMI dalam upaya mengembalikan
citra HMI
2.
Metode membangun kesadaran
dalam diri kader HMI akan sifat independensi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan pembatasan masalah tersebut , masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi pengaruh membangun kesadaran dalam
diri kader HMI dalam upaya
mengembalikan citra HMI
2. Bagaimana deskripsi metode
membangun kesadaran dalam diri kader HMI akan sifat independensi dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Membangun Kesadaran dalam Diri Kader HMI dalam Upaya
Pengembalian Citra HMI
Kondisi dan Citra HMI dewasa ini
Ketika HMI didirikan taun 1947, anggota HMI hanya
15 orang, cabang belum ada, apalagi komisariat, badan koordinasi dan sebagainya
berupa aparat yang lazim disebutkan dewasa ini. Namum perkembangannya cukup
menanjak, khususnya selama 13 tahun, 1950–1963; baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Terlebih– lebih dari tahun 1964–1965, reputasinya menanjak tinggi,
namanya tenar, bukan hanya dikalangan mahasiswa dan kaum terpelajar saja.
Tetapi dikenal di segenap lapisan masyarakat, bukan hanya di indonesia, bahkan
di luar negeri. Mengapa demikian, karena ulah PKI dan simpatisan-nya, yang
ingin membubarkan HMI. Inilah jasa terbesar PKI, CGMI, Pemuda Rakyat, Gerwani,
BTI, HSI, dan organisasi masa PKI lainnya, maupun antek- anteknya, yang
tergabung dalam persekongkolan jahat, yang telah dipopulerkan HMI.
Bukan karena semata-mata digayang PKI, HMI menjadi
besar dan populer. Kebesaran dan kepopuleran HMI datang dari situasi dan
kondisi dari tubuh HMI sendiri. HMI tidak akan bertambah kerdil atau besar
karena digayang dan mau dibubarkan oleh PKI dan barisan lainnya. Organisasi ini
besar karena bekerja tanpa pamrih untuk nusa bangsa dan agama. Indikator itu
bisa ditelusuri dari alur perjalanan sejarahnya.
Pertama, kondisi organisasi HMI yang telah merata
di kota Perguruan Tinggi. Kedua,
dalam tingkatan sekarang ini HMI sudah mencapai tingkatan organisasi modern,
walaupun tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan. Ketiga, peranan pemuda, mahasiswa dalam
kehidupan suatu negara adalah besar dan menentukan. Hal ini bisa disaksikan
dalam moment-moment sejarah bangsa Indonesia tahun 1908, 1928, tahun 1945 dan
tahun 1966. Keempat , pemikiran dan
perjuangan HMI relevan dengan dimensi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Kelima, Aktivitas HMI berorientasi untuk
kepentingan anggotanya dan masyarakat luas. Keenam,
secara fisik memiliki lebih dari 150.000 anggota.
Prospek HMI
Patut dikaji dan direnungkan bahwa masa depan yang
cerah dan gemilang itu tidak akan datang begitu saja. Tetapi masa depan yang
cerah dan gemilang itu baru bisa dicapai tergantung kepada pengemudi kendali
organisasi sejak dari pengurus komisariat, koordinator komisariat, cabang, badan
koordinasi , pengurus besar, bahkan anggota dan alumni HMI seluruhnya. Dengan
belajar dari pengalaman sejarah yang panjang sebagai guru terbaik dari suatu
perjuangan. HMI jangan berorientasi kepada masa lalu, sambil berapologi,
senantiasa harus berorientasi kepada masa depan, yang secara riel terbentang
dan terhampar luas di hadapan kita.
Masa depan yang cerah harus diciptakan oleh HMI
itu sendiri dengan kerja keras, tekun, ulet, tabah, penuh kesadaran dan
kesabaran, berencana dan teratur, Citra tunggal yang positif HMI harus
diciptakan. Dengan kata lain HMI harus dapat berakar di hati bangsa Indonesia ,
dan melekat di hati ummat. Menjadi patnership dari pemerintah dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar yang konstruktif menuju masyarakat adul
makmur yang diridhoi Allah SWT, berdasarkan pancasila dan undang-undang 1945
secara murni dan konsekwen.
Oleh sebab itu langkah yang harus dilakukan sedini
mungkin antara lain :
1.
Membina dan menegakkan orisinalitas sejarah dan
pemikiran HMI
2.
Membiasakan berpikir otonom secara HMI
3.
Melakukan konsolidasi organisasi secara
berkesinambungan, sebagai masalah dan pekerjaan besar sepanjang masa
4.
Pembentukan kader dan aktivis yang tangguh dan
tanggap
5.
Setiap anggota HMI adalah yang berprestasi dalam
bidang studi, dan sukses dalam berorganisasi
6.
Memasyarakatkan terus pemikiran HMI
7.
Mau belajar dari pengalaman sejarah yang panjang
8.
Bersikap teguh dalam prinsip luwes dalam penerapan
9.
Mau mengoreksi diri sendiri dan dikorekri orng
lain
10.
Meningkatkan partisipasi aktif dan konstuktif HMI
terhadap pembangunan yang dilaksanakan pemerintah di segala bidang
11.
Bekerja sama dengan semua pihak sepanjang tidak
menyalahi prinsip-prinsip pedoman organisasi HMI
12.
Mengkonsolidasikan keberhasilan dan kemenangan
yang sudah dicapai
13.
Mengadakan evaluasi secara terus menerus terhadap
apa saja yang telah diperbuat, untuk menetapkan kebijakan guna melangkah lebih
maju.
14.
Tidak cepat puas terhadap apa yang telah diperoleh
15.
Perbanyak dan tingkatkan amal ibadah kepada Allah
SWT . ( Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia )
Citra organisasi harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Menjaga citra HMI
sebagai organisasi terbesar dan terbaik merupakan sebuah tantangan yang cukup
berat, karena HMI sudah melahirkan ribuan kader dengan sengala plus minusnya.
Menjaga citra membutuhkan komitmen tinggi. Namun demikian perlu disadari
bersama citra yang baik akan memberi daya tarik dan kebanggaan tersendiri,
karena disadari atau tidak, cerita–cerita miring yang dialami oleh kader dan alumni
HMI dalam menjalankan aktivitasnya telah ikut serta menurunkan kebanggaan
ber-HMI dan minat menjadi anggota HMI dikalangan mahasiswa dan pemuda. Harus
diciptakan citra tunggal bukan ganda untuk HMI kedepannya.
B. Metode Membangun Kesadaran dalam Diri Kader HMI akan Sifat
Independensi HMI
Konsekuensi pencantuman sifat HMI sebagai
organisasi yang independen dalam Konstitusi HMI memrlukan suatu penjelasan
untuk dijadikan pedoman dalam perjuangan Naskah Tafsir Independensi HMI memuat
empat bagian. Pertama, Pendahuluan
yang menerangkan bahwa menurut fitra kejadian, manusia itu diciptakan dalam
keadaan bebas dan merdeka. Oleh karena itu HMI sebagai organisasi mahasiswa
harus pula bersikap independen. Kedua,
status dan fungsi HMI, yang memilih watak dan sifat kepeloporan, kekaderan,
yang berfungsi sebagai agent “of social change”. Ketiga, sifat independensi HMI, yang merupakan sifat organisasi,
maka implementasinya perlu diwujudkan dalam bentuk sikap-sikap sebagai
penjabaran, yaitu;
1. Cenderung kepada kebenaran ( Hanif )
2. bebas , merdeka , dan terbuka
3. objektif , rasional dan kritis
4. progresif dan dinamis
5. demokratis , jujur , dan adil
Keempat, peranan HMI dimasa depan. Kader HMI
merupakan investasi manusia yang besar dan berarti, yang dimasa mendatang akan
menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai bakat dan profesinya. Dengan
sifat dan garis independen yang menjadi watak, dan menempuh jalan atas dasar
keyakinan dan kebenaran. Konsekuensinya bahwa aktivis, fungsionaris, dan kader
HMI harus memiliki lima kualitas insan cita.
Pemikiran lain yang bisa dilihat dari sifat
independensi HMI adalah karena kemajemukan bangsa Indonesia, yang ditandai
dengan banyaknya agama, partai politik, yang beraneka ragam coraknya, suku,
daerah, kebudayaan. Untuk menghadapi masyarakat yang pluralistik seperti itu
HMI harus independen, agar dapat berdiri tegak di tengah-tengah bangsa
Indonesia untuk mencapai tujuannya.
Dari berbagai sudut pandang , baik dari dalam dan
terlebih lagi dari luar, HMI sering disebut tidak Independen, atau telah
bergeser sifat independensinya. Kritik yang tajam itu pula tidak membuat HMI
bergeser dari pendiriannya untuk tetap tegak, bahwa HMI adalah organisasi yang
independen sejak awal berdirinya, sekarang, dan yang akan datang.
Untuk dapat mempertahankan makna Independen dalam
diri setiap kader HMI dan dapat menjadi karakter setiap kader HMI di setiap
aktivitasnya maka perlu adanya metode penyampaian tafsir independensi di setiap
training agar dapat dipahami dan diamalkan, metode yang dirasa bisa maksimal
adalah metode belajar mandiri.
Belajar mandiri adalah metode khas belajarnya
orang dewasa, meskipun asil yang optimal akan terwujud justru sikap belajarnya
dilakukan dengan gembira dan tanpa beban.
Beberapa ciri belajarnya orang dewasa yang dapat
menumbuhkan kesadaran dalam diri
1.
Kegiatan belajar bersifat self directing mengarahkan diri sendiri dan tidak tergantung kepada
orang lain
2.
Pertanyaan–pertanyaan yang timbul dalam proses
pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman
3.
Tidak mau didekte guru, karena mereka tidak
mengharapkan secara terus– menerus
4.
Orang dewasa mengaharapkan penerapan dengan segala
dari apa yang dipelajari
5.
Lebih senang dengan partisipasi aktif dari pada
fasif mendengarkan ceramah
6.
Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah
dimiliki, karena sebagai orang dewasa mereka tidak datang dengan kepala kosong
untuk belajar
7.
Lebih menyukai belajar melalui tukar menukar
pengalaman dengan sesama orang dewasa atau saling berbagi tanggung jawab
8.
Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik
dilakukan dalam batas tertentu anatara guru dan pembelajar
9.
Belajar harus berbuat, tidak cukup hanya
mendengkan dan menyerap
Dengan metode membangun kesadaran dengan
menggunakan cara belajar orang dewasa dimungkinkan lebi efektif, dan nilai
nilai yang terkandung dalam Tafsir Independensi HMI akan melekat dalam diri
kader sampai menjadi alumni nanti.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Dalam Membangun Kesadaran Dalam
Diri Kader HMI akan Sifat
Independensi HMI dalam Upaya
Mengembalikan Citra
HMI dibutuhkan suatu metode pelatihan yang harus didasarkan dengan kesadaran
dari dalam diri sendiri bukan paksaan dari orang lain, sehingga sifat
independensi yang ingin diperoleh akan tercapai .
B.
Saran
Sebagai organisasi
pengkaderan yang bersifat independen , dirasa metode- metode yang dilakukan
sedah tidak relevan dangan perkembangan bangsa Indonesia oleh sebab itu
dibutuhkan metode pelatihan yang baru . Demi tercapai kader HMI yang
berkualitas insan cita.
DAFTAR PUSTAKA
Sitompul,
Agussalim, 1986, Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia, Jakarta, Integrita Dinamika Press.
Solichin, 2010, HMI
Candradimuka Mahasiswa, Jakarta, Sinergi Persadatama Foundation.
Sulastomo, 2008, Kapita
Selekta The Indonesian Dream, Jakarta, Kompas.
Konstitusi HMI
hasil Kongres Depok, 2010.
Mujiman Haris,
Manajemen Pelatihan berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta. Pustaka Belajar