Wednesday, December 18, 2013

Membangun Kesadaran Dalam Diri Kader dalam Upaya Mengembalikan Citra HMI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam setiap organisasi khususnya HMI kader memiliki peran sentral, dimana kader sebagai agen dalam rangka menerapkan cita perjuangan HMI yang sesuai dengan Tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwjudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT sehingga dibutuhkan kader yang berwawasan keislaman, keindonesiaan, dan kemahasiswaan dengan lima kualitas insan cita dan bersifat independen dalam rangka mengemban amanah organisasi.

Para kader HMI harus mampu megidentifikasi dan merumuskan berbagai jawaban atas tantangan-tantangan yang ada; berorietasi jangka panjang, senantiasa meningkatkan kualitas SDM (dengan penguasaan atas iptek dan memiliki kualitas imtak), sehingga peran para kader HMI betul-betul mampu dirasakan oleh segenap elemen bangsa yang lain. Para kader HMI harus tetap menjadi “manusia pembelajar”  rendah hati dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan menguasai teknologi, senantiasa cerdas dan mampun berbuat sekecil apapun bagi masa depan umat dan bangsa Indonesia secara lebih baik.

Dalam keseharian kader, pola fikir dan mentalitas harus menjadi sorotan. sehingga daya dorong HMI terhadap persoalan, tergambar pada penyikapan kader yang memiliki keberpihakan pada kaum tertindas serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini dan membekalinya dengan senjata ideologis yang kuat untuk melawan penindas.

Arah Pengkaderan HMI

Mengingat fungsi HMI sebagai organisasi kader, maka seluruh aktivitas atau kegiatan HMI dikembangkan pada penggalian potensi kualitatif pribadi dan anggota–anggota yang militan, memiliki kedalaman pengetahuan dan keimanan, serta mempunyai kesetiaan pada organisasi.

Arah pengkaderan HMI tercermin dalam tujuan HMI, yaitu terbinanya individu yang memiliki kualitas insan cita  (akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan islam, serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).

Kualitas inilah yang harus dimiliki oleh setiapa kader HMI dan menjadi gambaran masa depan anggota HMI, suksesnya anggota HMI dalam membina diri untuk mencapai kualitas insan cita berarti dia telah mawujudkan tujuan HMI.
Inilah yang menjadi arah pengkaderan HMI yang selalu dikupas dalam setiap trining dan aktivitas .

Sifat Independensi HMI

Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sendiri sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan “Hakikat dan Mission“ organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Watak independensi HMI  yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap dan polalaku setiap kader HMI akan membentuk independensi etis HMI, sementara watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi  HMI akan membentuk independensi organisatoris HMI.
Sifat independen sesuai dengan amanah konstitusi HMI dirasa masih mampu mengawal pergerakan HMI di masyarakat ketika setiap kader HMI memahami denan benar makna Independen dan menjalankannya dengan hati yang ikhlas dan tulus. Berawal dari deteksi masalah di atas dalam upaya membentuk kader yang tangguh dan tanggap dalam rangka menyelesaikan hal–hal di atas penulis tertarik mengangkat masalah “Membangun Kesadaran dalam diri Kader HMI akan sifat Independensi  HMI dalam upaya mengembalikan citra HMI”.

B.       Identifikasi Masalah

Sesuai dengan judul Membangun Kesadaran dalam diri Kader HMI akan sifat Independensi  HMI dalam upaya mengembalikan citra dan Idealisme HMI , berkaitan dengan judul tersebut maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah upaya  membangun kesadaran dalam diri kader HMI  untuk mengembalikan citra HMI
2.      Bagaimanakah metode membangun kesadaran dalam diri kader HMI akan sifat independensi .

C.      Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah:
1.      Pengaruh membangun kesadaran dalam diri kader HMI dalam upaya mengembalikan citra HMI
2.      Metode membangun kesadaran dalam diri kader HMI akan sifat independensi.



D.    Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut , masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.   Bagaimana deskripsi pengaruh membangun kesadaran dalam diri kader HMI dalam upaya mengembalikan citra HMI
2.       Bagaimana deskripsi metode membangun kesadaran dalam diri kader HMI akan sifat independensi dilakukan.




























BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Membangun Kesadaran dalam Diri Kader HMI dalam Upaya
    Pengembalian Citra HMI

Kondisi dan Citra HMI dewasa ini

Ketika HMI didirikan taun 1947, anggota HMI hanya 15 orang, cabang belum ada, apalagi komisariat, badan koordinasi dan sebagainya berupa aparat yang lazim disebutkan dewasa ini. Namum perkembangannya cukup menanjak, khususnya selama 13 tahun, 1950–1963; baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Terlebih– lebih dari tahun 1964–1965, reputasinya menanjak tinggi, namanya tenar, bukan hanya dikalangan mahasiswa dan kaum terpelajar saja. Tetapi dikenal di segenap lapisan masyarakat, bukan hanya di indonesia, bahkan di luar negeri. Mengapa demikian, karena ulah PKI dan simpatisan-nya, yang ingin membubarkan HMI. Inilah jasa terbesar PKI, CGMI, Pemuda Rakyat, Gerwani, BTI, HSI, dan organisasi masa PKI lainnya, maupun antek- anteknya, yang tergabung dalam persekongkolan jahat, yang telah dipopulerkan HMI.
Bukan karena semata-mata digayang PKI, HMI menjadi besar dan populer. Kebesaran dan kepopuleran HMI datang dari situasi dan kondisi dari tubuh HMI sendiri. HMI tidak akan bertambah kerdil atau besar karena digayang dan mau dibubarkan oleh PKI dan barisan lainnya. Organisasi ini besar karena bekerja tanpa pamrih untuk nusa bangsa dan agama. Indikator itu bisa ditelusuri dari alur perjalanan sejarahnya.

Pertama, kondisi organisasi HMI yang telah merata di kota Perguruan Tinggi. Kedua, dalam tingkatan sekarang ini HMI sudah mencapai tingkatan organisasi modern, walaupun tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan. Ketiga, peranan pemuda, mahasiswa dalam kehidupan suatu negara adalah besar dan menentukan. Hal ini bisa disaksikan dalam moment-moment sejarah bangsa Indonesia tahun 1908, 1928, tahun 1945 dan tahun 1966. Keempat , pemikiran dan perjuangan HMI relevan dengan dimensi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Kelima, Aktivitas HMI berorientasi untuk kepentingan anggotanya dan masyarakat luas. Keenam, secara fisik memiliki lebih dari 150.000 anggota.

Prospek HMI

Patut dikaji dan direnungkan bahwa masa depan yang cerah dan gemilang itu tidak akan datang begitu saja. Tetapi masa depan yang cerah dan gemilang itu baru bisa dicapai tergantung kepada pengemudi kendali organisasi sejak dari pengurus komisariat, koordinator komisariat, cabang, badan koordinasi , pengurus besar, bahkan anggota dan alumni HMI seluruhnya. Dengan belajar dari pengalaman sejarah yang panjang sebagai guru terbaik dari suatu perjuangan. HMI jangan berorientasi kepada masa lalu, sambil berapologi, senantiasa harus berorientasi kepada masa depan, yang secara riel terbentang dan terhampar luas di hadapan kita.

Masa depan yang cerah harus diciptakan oleh HMI itu sendiri dengan kerja keras, tekun, ulet, tabah, penuh kesadaran dan kesabaran, berencana dan teratur, Citra tunggal yang positif HMI harus diciptakan. Dengan kata lain HMI harus dapat berakar di hati bangsa Indonesia , dan melekat di hati ummat. Menjadi patnership dari pemerintah dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar yang konstruktif menuju masyarakat adul makmur yang diridhoi Allah SWT, berdasarkan pancasila dan undang-undang 1945 secara murni dan konsekwen.

Oleh sebab itu langkah yang harus dilakukan sedini mungkin antara lain :
1.      Membina dan menegakkan orisinalitas sejarah dan pemikiran HMI
2.      Membiasakan berpikir otonom secara HMI
3.      Melakukan konsolidasi organisasi secara berkesinambungan, sebagai masalah dan pekerjaan besar sepanjang masa
4.      Pembentukan kader dan aktivis yang tangguh dan tanggap
5.      Setiap anggota HMI adalah yang berprestasi dalam bidang studi, dan sukses dalam berorganisasi
6.      Memasyarakatkan terus pemikiran HMI
7.      Mau belajar dari pengalaman sejarah yang panjang
8.      Bersikap teguh dalam prinsip luwes dalam penerapan
9.      Mau mengoreksi diri sendiri dan dikorekri orng lain
10.  Meningkatkan partisipasi aktif dan konstuktif HMI terhadap pembangunan yang dilaksanakan pemerintah di segala bidang
11.  Bekerja sama dengan semua pihak sepanjang tidak menyalahi prinsip-prinsip pedoman organisasi HMI
12.  Mengkonsolidasikan keberhasilan dan kemenangan yang sudah dicapai
13.  Mengadakan evaluasi secara terus menerus terhadap apa saja yang telah diperbuat, untuk menetapkan kebijakan guna melangkah lebih maju.
14.  Tidak cepat puas terhadap apa yang telah diperoleh
15.  Perbanyak dan tingkatkan amal ibadah kepada Allah SWT . ( Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia )

Citra organisasi harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Menjaga citra HMI sebagai organisasi terbesar dan terbaik merupakan sebuah tantangan yang cukup berat, karena HMI sudah melahirkan ribuan kader dengan sengala plus minusnya.

Menjaga citra membutuhkan komitmen tinggi. Namun demikian perlu disadari bersama citra yang baik akan memberi daya tarik dan kebanggaan tersendiri, karena disadari atau tidak, cerita–cerita miring yang dialami oleh kader dan alumni HMI dalam menjalankan aktivitasnya telah ikut serta menurunkan kebanggaan ber-HMI dan minat menjadi anggota HMI dikalangan mahasiswa dan pemuda. Harus diciptakan citra tunggal bukan ganda untuk HMI kedepannya.

B. Metode Membangun Kesadaran dalam Diri Kader HMI akan Sifat   
     Independensi HMI

Konsekuensi pencantuman sifat HMI sebagai organisasi yang independen dalam Konstitusi HMI memrlukan suatu penjelasan untuk dijadikan pedoman dalam perjuangan Naskah Tafsir Independensi HMI memuat empat bagian. Pertama, Pendahuluan yang menerangkan bahwa menurut fitra kejadian, manusia itu diciptakan dalam keadaan bebas dan merdeka. Oleh karena itu HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula bersikap independen. Kedua, status dan fungsi HMI, yang memilih watak dan sifat kepeloporan, kekaderan, yang berfungsi sebagai agent “of social change”. Ketiga, sifat independensi HMI, yang merupakan sifat organisasi, maka implementasinya perlu diwujudkan dalam bentuk sikap-sikap sebagai penjabaran, yaitu;
1. Cenderung kepada kebenaran ( Hanif )
2. bebas , merdeka , dan terbuka
3. objektif , rasional dan kritis
4. progresif dan dinamis
5. demokratis , jujur , dan adil

Keempat, peranan HMI dimasa depan. Kader HMI merupakan investasi manusia yang besar dan berarti, yang dimasa mendatang akan menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai bakat dan profesinya. Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak, dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Konsekuensinya bahwa aktivis, fungsionaris, dan kader HMI harus memiliki lima kualitas insan cita.

Pemikiran lain yang bisa dilihat dari sifat independensi HMI adalah karena kemajemukan bangsa Indonesia, yang ditandai dengan banyaknya agama, partai politik, yang beraneka ragam coraknya, suku, daerah, kebudayaan. Untuk menghadapi masyarakat yang pluralistik seperti itu HMI harus independen, agar dapat berdiri tegak di tengah-tengah bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya.

Dari berbagai sudut pandang , baik dari dalam dan terlebih lagi dari luar, HMI sering disebut tidak Independen, atau telah bergeser sifat independensinya. Kritik yang tajam itu pula tidak membuat HMI bergeser dari pendiriannya untuk tetap tegak, bahwa HMI adalah organisasi yang independen sejak awal berdirinya, sekarang, dan yang akan datang.

Untuk dapat mempertahankan makna Independen dalam diri setiap kader HMI dan dapat menjadi karakter setiap kader HMI di setiap aktivitasnya maka perlu adanya metode penyampaian tafsir independensi di setiap training agar dapat dipahami dan diamalkan, metode yang dirasa bisa maksimal adalah metode belajar mandiri.

Belajar mandiri adalah metode khas belajarnya orang dewasa, meskipun asil yang optimal akan terwujud justru sikap belajarnya dilakukan dengan gembira dan tanpa beban.

Beberapa ciri belajarnya orang dewasa yang dapat menumbuhkan kesadaran dalam diri
1.      Kegiatan belajar bersifat self directing mengarahkan diri sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain
2.      Pertanyaan–pertanyaan yang timbul dalam proses pembelajaran dijawab sendiri atas dasar pengalaman
3.      Tidak mau didekte guru, karena mereka tidak mengharapkan secara terus– menerus
4.      Orang dewasa mengaharapkan penerapan dengan segala dari apa yang dipelajari
5.      Lebih senang dengan partisipasi aktif dari pada fasif mendengarkan ceramah
6.      Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki, karena sebagai orang dewasa mereka tidak datang dengan kepala kosong untuk belajar
7.      Lebih menyukai belajar melalui tukar menukar pengalaman dengan sesama orang dewasa atau saling berbagi tanggung jawab
8.      Perencanaan dan evaluasi belajar lebih baik dilakukan dalam batas tertentu anatara guru dan pembelajar
9.      Belajar harus berbuat, tidak cukup hanya mendengkan dan menyerap

Dengan metode membangun kesadaran dengan menggunakan cara belajar orang dewasa dimungkinkan lebi efektif, dan nilai nilai yang terkandung dalam Tafsir Independensi HMI akan melekat dalam diri kader sampai menjadi alumni nanti.




















BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Dalam Membangun Kesadaran Dalam Diri Kader HMI akan Sifat Independensi  HMI dalam Upaya Mengembalikan Citra HMI dibutuhkan suatu metode pelatihan yang harus didasarkan dengan kesadaran dari dalam diri sendiri bukan paksaan dari orang lain, sehingga sifat independensi yang ingin diperoleh akan tercapai .

B.     Saran
Sebagai organisasi pengkaderan yang bersifat independen , dirasa metode- metode yang dilakukan sedah tidak relevan dangan perkembangan bangsa Indonesia oleh sebab itu dibutuhkan metode pelatihan yang baru . Demi tercapai kader HMI yang berkualitas insan cita.















DAFTAR PUSTAKA

Sitompul, Agussalim, 1986, Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, Jakarta, Integrita Dinamika Press.
Solichin, 2010, HMI Candradimuka Mahasiswa, Jakarta, Sinergi Persadatama Foundation.
Sulastomo, 2008, Kapita Selekta The Indonesian Dream, Jakarta, Kompas.
Konstitusi HMI hasil Kongres Depok, 2010.

Mujiman Haris, Manajemen Pelatihan berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta. Pustaka Belajar
»»   Masih koma kawan, Baca Selengkapnya...

Tuesday, May 28, 2013

SEJARAH HMI CABANG SUKOHARJO KOMISARIAT WALISONGO

Sebelum secara resmi HMI Komisariat Walisongo berdiri, dilakukan pra kondisi dengan diadakan rapat atau temu mahasiswa IAIN Walisongo di Surakarta yang dikenal sebagai IAIN Solo waktu itu tahun 1992. Temu mahasiswa IAIN Solo yang sudah mengikuti Latihan Kader I (LK I), antara lain: Muhammad Julijanto ( Fakultas Syari’ah Angkatan 1992), Febri Yulika ( Fakultas Ushuluddin Angkatan 1992), Siti Kasiyati ( Fakultas Syari’ah Angkatan 1992), Didin Nurul Rosyidin ( Fakultas Ushuluddin Angkatan 1992), Farida Sri Hidayati ( Fakultas Syari’ah Angkatan 1992), dan Nikmatul ‘Aisyiah ( Fakultas Syari’ah Angkatan 1992).
Pertemuaan itu terjadi di HMI Cabang Surakarta yang dipandu pengurus cabang bidang Pembinaan Aparat Organisasi (PAO) Zubaidi, dihadiri ketua umum HMI Cabang Surakarta Hersy Yamanto dan pada saat itu disusun kepengurusan dengan status sebagai Pengurus HMI Cabang Surakarta Komisariat Persiapan Walisongo dengan susunan pengurus antara lain:
Ketua Umum                                                              : Febri Yulika
Sekretaris Umum                                                        : Muhammad Julijanto
Bendahara Umum                                                       : Nikmatul ‘Aisyiah
Ketua Bidang Pembinaan Anggota                            : Siti Kasiyati
Departemen                                                                 : Farida Sri Hidayati
Ketua Bidang Perguruan Tinggi dan Kepemudaan    : Didin Nurul Rosyidin
Pada waktu itu sedang berlangsung Latihan Kader I (LK I) peserta dari mahasiswa IAIN Walisongo Surakarta yang mengikuti antara lain: Benny Ridwan ( Mahasiswa Ushuluddin Angkatan 1992), Mudhofir Abdullah ( Mahasiswa Syari’ah Angkatan 1992), Nur Hamid ( Mahasiswa Ushuluddin Angkatan 1992), Iwan ( Mahasiswa Ushuluddin Angkatan 1992) dan Mahbub Setiawan (Mahasiswa Ushuluddin Angkatan 1992), entah karena ada masalah apa saudara Mahbub Setiawan mengundurkan diri ikut LK I dan hanya ikut screening dan orientasi untuk selanjuynya tidak ikut. Konon terjadi perdebatan yang sangat akut dalam antara pemandu (SC), instruktur dengan peserta khususnya dari IAIN karena peserta yang ikut termasuk mahasiswa yang cerdas dan punya pemikiran yang kritis dalam hal pemikiran keagamaan, sehingga argumen yang disampaikan oleh isntruktur  belum mampu memberikan pencerahan kepada peserta, khususnya sudara Mahbub Setiawan.
Kemudian setelah Latihan Kader I (Basic Training) selesai dan empat orang Benny Ridwan, Iwan, Mudhafir Abdullah dan Nur Hamid dinyatakan lulus LK I, maka struktur kepengurusan segera dilengkapi dengan susunan kepengurusan sebagai berikut:
Ketua Umum                                                              : Febri Yulika
Sekreatris Umum                                                        : Muhammad Julijanto
Bendahara Umum                                                       : Nikmatul ‘Aisyiah
Ketua Bidang Pembinaan Anggota                            : Siti Kasiyati
Departemen PA                                                          : Farida Sri Hidayati
Ketua Bidang Perguruan Tinggi dan Kepemudaan    : Didin Nurul Rosyidin
Departemen                                                                 : Benny Ridwan

Anggota-Anggota
  1. Mudhofir Abdullah
  2. Nur Hamid
  3. Iwan
  4. Ali Musthofa
  5. Muhammad Zainul Falaq
  6. Khoirul Anwar
  7. Abdullah Tri Wahyudi
  8. Abdul Muthalib
  9. Ahmad Sholikhul Hadi
  10. Antin Lathifah
  11. Ratu Haika
  12. Widiyanto
  13. Andi Tamzil
  14. Syamsul Bakri
  15. Adri Efferi
  16. Rosana Sunniyah Kurniawati
  17. Ainul Aswad
  18. Ibnu Mufid
  19. Ahmad Iftahuddin
  20. Amri Syarif Hidayat
  21. Umi Ustanti
  22. Sabri
  23. Albadri
  24. Yusuf Fathoni
  25. M Dhofir
Sumber : http://mjulijanto.wordpress.com/2012/06/11/sejarah-hmi-komisariat-walisongo-surakarta/
»»   Masih koma kawan, Baca Selengkapnya...

Sunday, April 28, 2013

SEJARAH PERUMUSAN TUJUAN HMI

Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.

Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan umat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Tugas suci umat Islam adalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dapat diminimalisir, bahkan kalau bisa dihilangkan, hal ini dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.

Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi perjuangan sosial budaya, yaitu :
1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam


Dalam perjalanannya, rumusan tujuan HMI mengalami beberapa kali perubahan, yang dapat di bagi sebagai berikut:
·           Hasil rapat 5 Februari 1947 oleh para pendiri, yaitu: (1). Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan Mempertinggi Derajat Rakyat Indonesia; dan (2). Menegakkan dan Mengembangkan Syariat Agama Islam. lahir pada masa itu jelas menunjukkan HMI adalah anak kandung revolusi sekaligus anak kandung umat islam indonesia yang resah atas gelagat sejarah. dengan pertimbangan bahwa islam tidak akan berkembang, bila indonesia berlum lagi merdeka. seperti diketahui rentang waktu 1945 s/d 1949, belanda masih melakukan agresi militer, hingga mempertahankan kemerdekaan republik menjadi suatu prioritas.
·           Hasil ketetapan Kongres I HMI di Yogyakarta, 30 November 1947, yang tertuang dalam pasal 4 AD, membalik rumusan menjadi: (1). Menegakkan Dan Mengembangkan Agama Islam; dan (2). Mempertinggi Derajat Rakyat dan Negara Republik Indonesia. walau baru 9 bulan, ternyata HMI lebih memilih menjadi anak umat daripada anak bangsa.
·           Hasil ketetapan Kongres IV HMI di Bandung, yang disahkan 4 oktober 1955, yang tertuang dalam pasal 4 AD, dengan pertimbangan akan kurang tepat jika memposisikan HMI sebagai organisasi massa apalagi kekuatan politik (praktis), sehingga disepakati memfungsikan HMI sebagai organisasi kader. dengan demikian rumusan tujuan menjadi “Ikut Mengusahakan Terbentuknya Manusia Akademis, Pencipta dan Pengabdi yang Bernafaskan Islam”.
·           Namun dalam perjalanan HMI selanjutnya terasa ada yang kurang dari rumusan tujuan tersebut yakni fungsi lebih lanjut dari “manusia akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam” itu serta di Bumi apa insan cita itu hidup dan bergerak. karena itu pada Kongres X di Palembang, dalam ketetapannya yang disahkan 10 oktober 1971 melengkapi rumusan tujuan tersebut sambil memperbaiki redaksinya sehingga berbunyi “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang Bernafaskan Islam dan Bertanggungjawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil dan Makmur yang Diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. dan terus dikukuhkan dan disahkan di kongres-kongres berikutnya, insyaallah. dalam rumusan tujuan tersebut, maka HMI pada hakekatnya hmi bukanlah organisasi massa dalam artian kuantitatif, sebaliknya hmi secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan idea, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif. dari Rumusan itu pula dapat dibagi menjadi dua, yakni insan cita dan masyarakat cita.
Insan cita HMI adalah merupakan dunia cita, ideal yang ingin diwujudkan oleh HMI dalam pribadi seseorang manusia beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan. dalam tafsir tujuan HMI, insan cita memiliki beberapa 17 kualitas pribadi, yang pada pokoknya merupakan gambaran “man of future”, insan pelopor yaitu insan yang berpikiran luas dan berpandangan jauh, bersifat terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara operatijf bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. ideal tipe dari hasil perkaderan hmi adalah “man of inovator” (duta-duta pembaharu). penyuara “idea of progress”. insan yang berkepribadian imbang yang berkepribadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil dan jujur, tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah SWT. mereka itu manusia-manusia yang beriman, berilmu, dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil).
Masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. adalah gambaran sederhana hmi tentang tatanan masyarakat yang dimimpikan untuk diwujudkannya, dicita-citakannya, masyarakat yang dalam bahasa agama disebut sebagai baldatun toyibbatun wa robbun ghafur yang merupakan fungsi dari insan cita yang akan dikader oleh HMI. masyarakat cita yang ingin diwujudkan HMI itu juga senada dengan apa yang ingin menjadi cita-cita kemerdekaan oleh bung-bung besar pendiri republik ini, yakni masyarakat yang bebas dari bermacam bentuk belenggu penindasan, masyarakat yang berdaulat, masyarakat yang berdaya, mampu dan mandiri serta dapat menentukan hidupnya sendiri, masyarakat yang menjadi cita-cita kemerdekaan sebagaimana tujuan dari kemerdekaan bukanlah kemerdekaan itu sendiri, dimana bila merujuk pada bahasa preambule konstitusi kita, pembukaan UUD 1945 yaitu perjuangan pergerakan kemerdekaan indonesia masih sampai sebatas mengantarkan rakyat pada “pintu gerbang” satu tatanan masyarakat “adil dan makmur” untuk itu syarat mutlaknya adalah penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, indonesia bisa berkehidupan kebangsaan yang bebas dst..dst… dengan begitu jelas bahwa masyarakat cita ini berada di dalam republik indonesia, dan tujuan hmi hanya dapat direalisasikan oleh mereka yang disebut “kader” dan itu tidaklah berhenti pada masa keanggotaan seorang mahasiswa.
Dari penjelasan tentang tujuan di atas, apakah ada tujuan HMI yang telah tercapai pada diri kita? Kenapa? Apa yang salah? HMI kah? Atau kita kah yang salah?
Cara terbaik meramalkan masa depan Anda adalah dengan menciptakan masa depan itu sendiri (Mahatma Gandhi).
Kita harus menjadi perubahan yang ingin kita lihat di dunia
(Peter F. Drucker)
HMI tidak dapat memberikan apa-apa bagi anda, tapi jalan menuju suatu kesuksesan akan anda raih apabila anda mau berkorban, jadikan HMI sebagai kawah candradimuka, kejarlah tiga kesuksesan dalam hidup anda yaitu: Sukses Study, Sukses Organisasi, Sukses Pribadi.
Jadikan diri anda Insan Akademis, Insan Pencipta, Insan Pengabdi, Insan yang Bertanggung Jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur, dan insan yang diridhoi oleh Allah Subahanahu Wata’ala. Karena itulah seorang INSAN CITA HMI
»»   Masih koma kawan, Baca Selengkapnya...

Tuesday, March 5, 2013

SEJARAH PERUMUSAN NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI

NDP disusun pada tahun 1969 pada saat Pengurus Besar HMI yang bertempat di Jakarta dipimpin oleh Nurcholis Madjid yang sering dikenal dengan Cak Nur,konsep NDP ini diilhami oleh kaum muda Marxis yang memiliki buku saku yang memuat nilai-nilai perjuangan kaum muda marxis. Pada kongres HMI ke-9 di Malang, Cak Nur memberikan presentasi mengenai Nilai Dasar Islam yang telah dibuat selanjutnya kertas kerja yang telah disampaikan oleh Cak Nur dalam kongres tersebut diminta oleh peserta kongres dan selanjutnya kongres mengamanahkan untuk disempurnakan dengan menugaskan Sakib Mahmud, Endang Ashari serta konseptornya Cak Nur.
Pada Kongres ke-10 di Palembang tahun1971 konsep dasar Islam ini dikukuhkan dengan nama "Nilai-Nilai Dasar Perjuangan" yang disingkat dengan NDP tanpa perubahan isi sama sekali. Pada kongres ini, NDP secara resmi dijadikan sebagai pedoman perjuangan HMI, sebagai pemahaman islam mahdzab HMI yang memuat tujuh tema pokok (1) dasar-dasar kepercayaan (2) pengertian-pengertian dasar tentang kemanusiaan (3) keharusan universal (takdir) dan kebebasan berusaha (ikhtiar) (4) ketuhanan yang maha esa dan perikemanusiaan (5) individu dan masyarakat (6) keadilan sosial dan ekonomi (7) kemanusiaan dan ilmu pengetahuan.
adapun alasan dipilihnya nama ini adalah: karena Nilai Dasar Islam (NDI) dianggap justru menyempitkan makna Islam itu sendiri, apalagi mengklaim dengan nama Islam. Selain itu kata perjuangan memiliki makna usaha yang sungguh-sungguh untuk merubah suatu keadaan, kata perjuangan itupun terinspirasi dari sebuah kata judul sebuah buku “Perjuangan Kita” karya Syahrir. Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi lahirnya NDP adalah sebagai berikut :
1) Belum adanya literature yang Memadai bagi kader HMI untuk rujukan filsafat sosial dalam usaha melakukan aksi dan kerja kemanusiaan.
2) Kondisi umat Islam khususnya di Indonesia yang masih mengalami kejumudan dan kurang dalam penghayatan serta pengamalan nilai- nilai ajaran Islam.
3) Kaca perbandingan, karena kader PKI mempunyai buku panduan yang dijadikan pedoman untuk menjalankan idiologi marxisnya, maka dari mahasiswa Islam juga harus memiliki buku panduan sebagai dasar perjuangan.
Dalam perjalanan sejarah NDP, pada masa orde baru di bawah kepemimpinan soeharto pemerintah menganut asas tunggal dengan dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1985 tentang Asas Tunggal Pancasila, NDP pun berubah nama lagi menjadi Nilai Identitas Kader (NIK) namun dengan tidak merubah isi dari NDP, perubahan nama ini kemudian disahkan pada kongres ke-16 di Padang 1986 sebagai implikasi dari perubahan azas dalam anggaran dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI. Secara implisit perubahan nama NDP ke NIK dan penggantian azas organisasi dari Islam menjadi pancasila adalah adanya reorientasi gerakan HMI dari ideologis ke intelektualis (dari Struktural-formalistik ke substansial kultural).
sebab dari diubahya nama NDP menjadi NIK karena:
a) Penguasa menganggap kata perjuangan dapat mengganggu stabilitas nasional.
b) Untuk membedakan kader HMI dengan yang bukan kader.
Setelah orde baru tumbang dan alam demokrasi yang kian berkibar, maka pada Kongres ke-22 di Jambi tahun 2000, NIK kembali menjadi nama NDP.
Dengan frame di atas, NDP diharapkan menjadi pertama, substansi spirit ajaran Islam Khas HMI. Kedua, komposisi dan formulasi ideal dan utuh dari makna iman, ilmu dan amal. Karena itu NDP dapat dipahami sebagai sarana pokok dan utama untuk mewujudkan kemanusiaan dan kemasyarakatan universal. Ketiga, NDP adalah paham sekaligus keyakinan berpikir HMI yang dapat menjadi landasan dan energi utama anggota HMI dalam mewujudkan misinya. Keempat, NDP adalah landasan etis dan normatif setiap kader HMI untuk mencapai tujuannya.
Oleh karena itu, ke empat frame NDP menegaskan bahwa kedudukan NDP di HMI adalah sebagai landasan perjuangan untuk mencapai tujuan perjuangan HMI sekaligus sebagai filsafat sosial dalam berkehidupan yang sesuai dengan nilai – nilai kemanusiaan.
Hubungan antara NDP dengan HMI:
1. Islam : Landasan Teologis.
Tidak ada sesuatupun di dunia yang harus dianggap sakral dan final. Sebab pada tataran sosiologis, ruang manusia adalah frame epistemologi. Mengkritisi dan melengkapi sesuatu adalah hal yang normal dan alami selama untuk kebaikan dan menuju kebenaran universal. NDP bukanlah revealed religion yang mengandung kebenaran mutlak dan absolut. Minderisme dalam konteks pengembangan peradaban manusia harus dihilangkan. Hal ini akan mengakibatkan pengkultusan, truth claim, dan justifikasi yang krusial.
NDP adalah hasil ijtihad sekelompok orang. Refleksi terhadap doktrin adalah sah dan tidak dilarang, selama tidak melanggar kaidah-kaidah yang ada. Sama halnya dengan dengan adanya kewajiban-kewajiban bagi setiap orang untuk memperbaiki interpretasi tersebut, selama ia mampu. Itu penting dilakukan untuk menghindari sakralisasi NDP sekaligus untuk membuktikan bahwa doktrin Islam senantiasa aktual dan relevan menjawab tantangan zaman.
2. NDP - HMI : Landasan ldeologis.
Sebagai sebuah ideologi, NDP harus senantiasa dikritisi untuk mendapatkan sebuah pandangan dunia (world-view) yang lebih kokoh dan dinamis. Dari ideologi-lah perilaku penganut muncul sebagai bentuk elaborasinya. Sebagai nilai dari etos yang ada dan berkembang, ideologi sangat dipengaruhi oleh setting sosial yang berkembang. Selama hampir 30 tahun, materi NDP tidak mengalami perubahan padahal perkembangan paradigma berpikir terjadi sangat pesat. Artinya, konsep yang telah ada harus dikaji ulang dengan paradigma yang berkembang. Pada tataran filosofis, objektivitas adalah acuan yang harus dikedepankan. Sehingga, ketika konsep tadi irrelevan dengan perkembangan pemikiran yang ada, maka mesti ada inisiatif untuk merekonstruksi
Sebagai catatan ada pula yang menyatakan bahwa konsep nilai dasar perjuangan ini adalah hasil kajian Cak Nur dari pejalanannya keluar negeri (yang dimulai dari Suriah, Kuwait, Saudi, Turki, Libanon, Mesir, Amerika. Yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa negara di Asia). Dari perjalannya ini beliau membandingkan umat Islam di setiap negara bagaimana mereka menganut Islam memahami, menghayati serta pengamalan ajaran-ajaran Islam, selanjutnya beliau membandingkan dengan kondisi umat Islam di Indonesia, hingga sampai akhirnya beliau termotivasi untuk memberikan konsep ajaran Islam yang mampu menjadi panduan bagi muslim Indonesia. Bagi HMI NDP sangat penting sebagai panduan berpikir dalam memahami nilai-nilai Islam yang bersumber pada Alquran dan Sunnah. Dan bisa dikatakan bahwa NDP itu sendiri adalah kesimpulan tafsir Alquran dalam organisasi HMI. Kesimpulan dalam NDP memposisikan HMI sebagai organisasi .
»»   Masih koma kawan, Baca Selengkapnya...

Tuesday, February 5, 2013

FASE-FASE SEJARAH PERJUANGAN HMI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Sejarah Perjuangan HMI
  • Sejarah:"Pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan difikirkan oleh manusia pada masa lampau untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan masa yang akan datang".
  • Perjuangan : "suatu kesungguhan disertai usaha yang teratur tertib dan berencana untuk mengubah kondisi buruk menjadi baik".
  • HMI adalah kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam.
 
B. Tujuan Mempelajari sejarah Perjuangan HMI
Untuk meninjau dan meneliti secara sistematis dengan penuh kritis masa yang lalu agar dapat dijadikan cerminan dan pedoman masa kini sehingga dapat ditetapkan arah perjuangan masa mendatang.
 
C. Organisasi sebagai alat berjuang dan tempat beramal
(QS. Ali Imron:104) Menyeru kepada kebaikan/Islam dan mencegah kemunkaran adalah kewajiban setiap muslim. Maka HMI sebagai organisasi yang bercirikan Islam merupakan alat untuk mengajak kepada kebaikan wajib pula ada.

BAB II
TINJAUAN HISTORIK
A. Lafan Pane dan hubungannya dengan HMI
Lafran pane adalah tokoh pendiri utama HMI sehingga HMI tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Lafran Pane.
 
B. Latar Belakang munculnya Pemikiran Berdirinya HMI
  • Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan. Adapun dampak penjajahan adalah sbb:
    • Aspek Politik: seluruh rakyat RI menjadi objek jajahan dan kehilangan kedaulatannya.
    • Aspek pemerintahan: dengan diciptakannya Gubernur jenderal sebagai perwakilan pemerintah belanda dan Jayakarta - Batavia menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah pemerintahan hindia belanda.
    • Aspek Hukum: pelaksanaan hukum bertentangan dengan kondisi sosiologis: orang-orang Islam diperlakukan diskriminatif dan Belanda selalu diuntungkan
    • Aspek pendidikan: kebijakan pemerintah belanda menempatkan Islam sebagai saingan.
    • Aspek Ekonomi: dengan pembentukan VOC (1902) merupakan momentum penguasaan ekonomi Indonesia oleh Belanda dan Gubernur Van Den Bosh memakai Pola Tanam Paksa (cultuurstelsel) untuk komoditi ekspor.
    • Aspek kebudayaan: munculnya aliran budaya secara bebas dan bersaing.
    • Aspek keagamaan: Belanda membawa misi agama nasrani
     
  • Berkembangnya faham dan ajaran komunis Berawal dari ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging) 1914 yang berhasil mendekati SI sehingga SI terpecah belah. Pada tgl 23 Mei 1920 ISDV berganti nama menjadi PKI dengan Semaun dan Darsono sebagai Presiden dan Wapres. Faham komunis dikembangkan melalui PMY dan SMY yang berhaluan komunis.
  • Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis, dilihat dari sudut :
    • Secara akademik Perguruan Tinggi akan mencetak para sarjana, intelektual dan calon pemimpim bangsa, calon dosen, guru, praktisi dll.
    • Dari segi kelembagaan Perguruan Tinggi merupakan pusat kebudayaan, pembaharuan dan kemajuan
    • Dari segi kegiatan intra dan ekstra kemahasiswaan: menjadi ajang pembentukan kader di kalangan mahasiswa.
  • Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaam PMY dalam aktivitasnya tidak memperhatikan kepentingan mahasiswa beragama Islam. Dengan tidak tersalurnya aspirasi keagamaan mayoritas mahasiswa di Yogyakarta merupakan alasan kuat bagi mahasiswa yang beragama untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri terpisah dari PMY. Gerakan untuk memunculkan sebuah organisasi mahasiswa Islam untuk menampung aspirasi mahasiswa akan kebutuhan pengetahuan, pemahaman, penghayatan keagamaan yang aktual muncul di akhir November 1946 secara organisatoris di awal februari 1947 dengan berdirinya HMI.
  • Kemajemukan Bangsa indonesia Kemajemukan Indonesia dalam segala aspek-suku, agama, ras, golongan (serta dalam aspek agama, budaya, politik dan tingkat pengetahuan yang juga dimiliki umat Islam)
  • Munculnya Polarisasi Politik Sebelum HMI berdiri tahun 1947, suasana politik RI mengalami polarisasi politik antara pihak pemerintah dipelopori partai sosialis dan pihak oposisi yang dipelopori Masyumi, PNI dan Persatuan Perjuangan Tan Malaka. Pihak pemerintah menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan kemerdekaan dengan perjuangan diplomasi sedang pihak oposisi menekankan pada perjungan bersenjata. Polarisasi politik ini berpengaruh membawa masyarakat mahasiswa.
  • Tuntutan Modernisasi dan tantangan Masa Depan Timbulnya gerakan pembaharuan baik di dunia Islam dan di Indonesia, karena tuntutan kepada pembaharuan sebagai kebutuhan untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul, disebabkan adanya kemunduran dan keterbelakangan, maupun menghadapi perkembangan baru sebagai akibat dari kemajuan IPTEK. Pembaharuan dalam arti modernisasi merupakan kebutuhan manusia yang tidak dapat dielakkan, karena modernisasi merupakan bagian dari kehidupan manusia.
BAB III
BERDIRINYA HMI
A. Deklarasi Berdirinya HMI, arti dan makna 5 Februari 1947
HMI berdiri/dideklarasikan pada hari rabu tanggal 14 Rabiul awal 1366 H bertepatan dengan 5 Februari 1947, di salah satu ruangan kuliah STI dengan tokoh utama pendirinya adalah Lafran Pane (mahasiswa STI tingkat I) bersama mahsiswa STI lainnya.
B. Di sekitar kelahiran HMI
Tujuan HMI ketika pertama berdiri :
  • Mempertahankan negara RI dan mempertinggi derajat rakyat indonesia.
  • Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam
Tujuan HMI saat ini:

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terbentuknya masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT.

Karakteristik HMI : ( karakteristik :sesuatu yang sejak awal berdirinya sudah melekat)

  • Berasaskan Islam ,dan bersumber pada Al Qur'an serta As Sunah
  • Berwawasan keindonesiaan dan kebangsaan
  • Bertujuan, terbinanya lima kualitas insan cita
  • Bersifat independen
  • Berstatus sebagai organisasi mahasiswa
  • Berfungsi sebagai organisasi kader
  • Berperan sebagai organisasi perjuangan.
  • Bertugas sebagai sumber insansi pembangunan bangsa.
  • Berkedudukan sebagai organisasi modernis.
C. Tokoh-tokoh Pemula HMI
Pemrakarsa/pendiri HMI adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisssaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Badron Hadi.
D. Faktor Penghambat
  • Dari Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
  • Dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)
  • Dari Pelajar Islam Indonesia (PII)

BAB IV

FASE-FASE PERJUANGAN HMI DAN RELEVANSINYA DENGAN PERJUANGAN BANGSA

A. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses berdirinya HMI (November 1946-4 Februari 1947)
B. Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Feb 1947 - 30 Nov 1947)
Dalam rangka mengokohkan eksistensi HMI Maka diadakan berbagai aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan ceramah-ceramah ilmiah, rekreasi, malam-malam kesenian.Di bidang organisasi didirikan cabang-cabang baru seperti Klaten, Solo dan Yogyakarta.
C. Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan, serta menghadapi penghianatan I PKI (1947-1949)
Untuk menghadapi pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948, Ketua PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirto Sudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM), dengan komandan Hartono Wakil Komandan Ahmad Tirto Sudiro, ikut membantu pemerintah menumpas pemberontakan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke gunung-gunung memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah PKI menaruh dendam pada HMI.
D. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950-1963)
Sejak tahun 1950 dilaksanakan konsolidasi organisasi sebagai masalah besar dan pada bulan juli 1950 PB HMI dipindahkan dari Yogya ke Jakarta. Diantara usaha-usaha yang dilaksanakan selama 13 tahun yaitu: pembentukan cabang-cabang baru, menerbitkan majalah media, 7 kali kongres, pengesahan atribut HMI sebagai lambang, bendera, muts, Hymne HMI, merumuskan tafsir azas HMI, pembentukan Badko, menetapkan metode training HMI, pembentukan lembaga -lambaga HMI. Dibidang ekstern: pendayagunaan PPMI, Menghadapi Pemilu I 1955, Penegasan independensi HMI, mendesak pemerintah supaya mengeluarkan UU Perguruan Tinggi, pelaksanaan pendidikan agama sejak dari SR sampai Perguruan Timggi dll.
E. Fase Tantangan
  • Setelah Masyumi dan GPII berhasil dipaksa bubar, maka PKI menganggap HMI sebagai kekuatan ketiga umat islam. Maka digariskan Plan 4 tahun PKI untuk membubarkan HMI, dimana menurut plan atau rencana itu HMI harus bubar sebelum Gestapu/PKI meletus.
  • Dendam kesumat PKI terhadap HMI, menempatkan HMI sebagai organisasi yang harus dibubarkan karena dianggap sebagai penghalang bagi tecapainya tujuan PKI. Sementara itu HMI berhasil mengadakan konsolidasi organisasi, dimana HMI tampil sebagai organisasi yang meyakinkan
  • Tujuan dan target pembubaran HMI adalah untuk memotong kader-kader umat islam yang akan dibina oleh HMI.
  • Untuk membubarkan HMI dibentuklah panitia aksi pembubaran HMI di Jakarta (GMNI, IPPI, GERMINDO, GMD, MMI, CGMI) dll. Menjawab tantangan tersebut, Generasi Muda Islam yang terbentuk tahun 1964 membentuk panitia solidaritass pembelaan HMI.
  • Dalih Pengganyangan terhadap HMI berupa fitnah dan hasutan sejak dari yang terbaik sampai yang terkeji, HMI dikatakan anti Pancasila, anti UUD 1945, anti PBR Soekarno dan lain-lain.
  • Dukungan dan pembelaan terhadap HMI walaupun HMI dituntut dibubarkan oleh PKI,CGMI dan segenap kekuatan dan simpatisannya, namun para pejabat sipil maupun militer para pimpinan organisasi dan mahasiswa serta tokoh islam turut membela dan mempertahankan hak hidup HMI.Berdasarkan kebijaksanaan Panglima Besar Kotrar Presiden Soekarno dengan surat keputusan tanggal 17 September 1965, HMI dinyatakan jalan terus.
  • Strategi HMI Menghadapi PKI menggunakan PKI (Pengamanan, Konsolidasi, Integrasi)
  • Anti klimaks Gestapu meletus, ketajaman politik HMI telah mencium bahwa pemberontakan tersebut dilakukan PKI. PB HMI menghadap Pangdam V Jaya Mayor Jendja Umar Wira Hadi Kusumah dan menyatakan :Pemberontakan itu dilakukan oleh PKI, HMI menuntut supaya PKI dibubarkan, Karena pemberontakaitu menyangkut masalah politik ,maka harus diselesaikan secara politik, HMI akan memberikan bantuan apa saja yang diperlukan pemerintah untuk menumpas pemberontakan Gestapu PKI.
F. Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang Orde Baru dan pelopor kebangkitan angkatan '66 (1966-1968)
  • Tanggal 1 Oktober 1965 adalah tugu pemisah antara orde lama dengan orde baru. Apa yang disinyalir PKI, seandainya PKI Gagal dalam pemberontakan HMI akan tampil kedua kalinya menumpas pemberontakan PKI betul-betul terjadi. Wakil ketua PB HMI Mar'ie Muhammad tanggal 25 Oktober 1965 mengambil inisiatif mendirikan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia).
  • Tritura 10 Januari 1966 : Bubarkan PKI, retool kabinet, turunkan harga. Kemudian Dikeluaarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966.Dan pada tanggal 12 Maret PKI dibubarkan dan dilarang.
  • Kabinet Ampera teerbentuk. Alumni HMI masuk dalam kabinet, dan HMI diajak hearing dalam pembentukan kabinet.
G. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang)
Setelah Orde baru mantap dimulailah rencana pambangunan lima tahun oleh pemerintah. HMI sesuai dengan lima aspek telah memberikan sumbangan dan partisipasinya dalam pembangunan : 10 Partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, 20 partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, 30 partisipasi dalam bentuk langsung pembangunan.
H. Fase kebangkitan intelektual dan pergolakan pemikiran (1970-1994)
Pada tahun 1970 Nurcholis Majid menyampaikan ide pembaharuan dengan topik Keharusan Pembaharuan pemikiran dalam islam dan masalah integrasi umat. Sebagai konsekuensinya di HMI timbul pergolakan pemikiran dalam berbagai substansi permasalahan timbul perbedaan pendapat, penafsiran dan interpretasi. Hal ini tercuat dalam bentuk seperti persoalan negara islam, islam kaffah, sampai pada penyesuaian dasar HMI dari Islam menjadi Pancasila.
I. Fase Reformasi (1995-sekarang)
Secara historis sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan menyampaikan pandangan dan kritik kepada pemerintah. Sesuai dengan kebijakan PB HMI, bahwa HMI tidak akan melakukan tindaka-tindakan inkonstitusional dan konfrontatif.Koreksi pertama disampaikan Yahya Zaini Ketum PB HMI ketika menyampaikan sambutan pada pembukaan Kongres XX HMI di Istana Negara Jakarta tanggal 21 Januari 1995. Kemudian pada peringatan HUT RI ke-50 Taufik Hidayat Ketua Umum PB HMI menegaskan dan menjawab kritik-kritik yang memandang HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI kekuasaan bukan wilayah yang haram. Pemikiran berikutnya disampaikan Anas Urbaningrum pada peringatan Dies Natalis HMI ke-51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Februari 1998 dengan judul urgensi "reformasi bagi pembangunan bangsa yang bermarbat".

BAB V

MASA DEPAN HMI, TANTANGAN DAN PELUANG
Kritikan terhadap HMI datang dari dalam maupun dari luar HMI. Kritikan itu sangat positif karena dengan kritikan HMI akan mengetahui kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya sehingga dapat diperbaiki untuk masa yang akan datang.Kritik terhadap HMI berupa : Independensi HMI, Kerja sama dengan militer, Sikap HMI terhadap Komunis,Tuntutan negara islam, adaptasi nasional, Dukungan terhadap rehabilitasi Masyumi,Penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya azas, Adaptasi rasional dan lain-lain. Melalui Kritikan itu Banyak pihak menilai kredibilitas HMI mengalami kemunduran. Untuk memulihkan kredibilitas tersebut, M Yahya Muhaimin Pada kongres XX mengemukakan konsep : Revitalisasi, Reaktualisasi, Refungsionalisai, Restrukturisasi. Anas Urbaningrum memberi terapi dengan: Politik etis HMI, Peningkatan visi HMI,Intelektualisasi, penguasaan basis dan modernisasi organisasi. Untuk mencapai tujuan HMI pelu dipersiapkan suatu kondisi sebagai modal untuk merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang dihadapi HMI dan bangsa Indonesia sangat kompleks tetapi justru akan menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita nya sehingga menjadi kenyataan.

BAB VI

PENUTUP
Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari HMI tidak cukup dengan mengikuti Training formal. Tetapi mempelajari dan menghayati HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan di manapun. Dengan cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan secara utuh dan benar.
»»   Masih koma kawan, Baca Selengkapnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...